Kehidupan Seorang Karyawan

kartuners.com

Semua anak yang baru lulus sekolah, pasti bingung dengan kehidupan selanjutnya nanti. Mau kerja apa, bakat saja belum ada. Mau kuliah apa, sekolah saja masih belum benar.

Meskipun memilih untuk kerja, pasti dapat kerja yang masih belum jelas. Kerja yang bisa dibilang serabutan.

Tapi berbeda dengan saya, sudah dapat kerja yang enak. Tapi, belum puas juga dengan gaji yang sudah saya terima, “dasar saya”.

Bangun Tidur

Nah, di sini saya akan menceritakan sedikit tentang kehidupan saya, selama saya bekerja di tempat orang. Mulai dari bangun tidur, sampai tidur lagi. Saya akan mengungkapkan semuanya di sini.

Bangun tidur yang dilanjutkan sholat subuh dan bantu-bantu bersih rumah. Karna di rumah hanya ada saya, ibu, kakak keempat saya, kakak pertama saya dan istrinya juga.

Karna kakak kedua sudah punya rumah sendiri yang berada dibelakang rumah yang saya tempati sekarang. Kakak ketiga juga tidak ada di rumah, karna bekerja di Semarang dan mengajak istrinya.

Ibu yang memasak dibantu dengan istri kakak saya yang pertama. Terkadang kakak keempat saya, juga ikut membantu ibu masak.

Terkadang juga, kakak keempat saya ini belum bangun. Kalo dibangunin susah, tapi kalo sudah bangun buru-buru ke kamar mandi setelah itu sholat.

Setelah saya bersih-bersih rumah, saya sarapan sebentar. Mungkin satu sampai tiga suapan buat syarat. Karna setelah saya bersih-bersih, mengantar ibu kerja yang berada di Kota Mojokerto.

Tidak jauh dari rumah, hanya membutuhkan waktu 15 menit saja untuk bisa sampai di tempat kerja ibu. Jadi, 30 menit saja sudah kembali ke rumah.

“Nanti yang jemput ibu siapa?”, tanya saya kepada ibu setelah sampai di tempat kerja.

“Kakakmu nanti yang jemput, kan dia pulangnya jam tiga”, jawab ibu sambil turun dari sepeda motor.

Karna kakak keempat saya kalo pulang jam tiga, jadi dia sekalian jemput ibu yang pulang kerja juga.

Kadang suami kakak kedua saya yang jemput, kalo kakak keempat saya kerjanya malam.

Kadang juga saya yang jemput, kalo suami kakak kedua saya lembur dan kakak keempat saya kerja malam.

Jadi, seperti gojek saja, hihi. Tapi itu bukan menjadi beban untuk saya, karna taat pada ibu adalah kewajiban saya sebagai seorang anak.

Mencari Rizqi

Kehidupan
Gambar diambil setelah saya mengantar ibu kerja

Setelah saya pulang dari mengantar ibu kerja, saya melanjutkan untuk bersih-bersih badan, sarapan pagi, menyiapkan bekal untuk makan siang nanti dan tidak lupa juga dengan sholat dhuha yang setiap hari saya lakukan.

Karna sholat dhuha juga bisa memperlancar rizqi yang nantinya akan kita dapat. Baik rizqi dari upah kerja, rizqi kesehatn, dan rizqi lainnya yang banyak.

Jam tujuh lebih 15 menit, saya sudah siap-siap untuk berangkat kerja. Karna saya masuk kerja jam setengah delapan.

Tapi, terkadang saya melebihi jam itu. Kadang jam delapan kurang 15 menit saya baru nyampek tempat kerja. Tapi ada juga teman kerja saya yang datang jam delapan.

  • Diam Saat Datang

Kehidupan
Gambar diambil setelah bersih-bersih

Kunci yang ada di atas kotak listrik, tidak ada orang tau. Hanya semua karyawan yang tau tempat kuncinya.

Sampai di tempat kerja, saya bersih-bersih dulu untuk kenyamanan saat bekerja nanti. Meskipun disapu tiap hari, tapi tetep saja ada debu yang mengotori tempat kerja.

Selesai bersih-bersih, saya menyalakan semua komputer yang ada di situ. Baik punya sendiri maupun teman kerja saya. Karna kalo komputer yang sebelah kiri sendiri tidak dinyalakan, nanti yang punya bisa ngamuk-ngamuk atau marah.

Saya terdiam kalo dia datang, tidak berbicara apapun. Kecuali kalo dia yang mengajak saya bicara.

Tapi sekali dia mengajak bicara, pasti tidak ada berhentinya. Ada saja pembahasan yang dibicarakan. Entah itu dalam hal pekerjaan, maupun yang lain.

“Komputerku sudah nyala apa belum?”, kata dia yang baru datang.

“Belum”, jawab saya dengan muka datar.

“Nyalakan!”, suruh dia kepada saya.

Hem”, jawab saya dengan rasa bosan.

Pembicaraan yang tidak penting untuk saya. “Selalu menyuruh nyalain komputer kalo dia datang” batin saya.

Kadang teman saya satunya juga sedikit cuek, dengan sikap dia yang selalu menyuruh-nyuruh. Membicarakan hal yang tidak penting saat pagi hari.

Karna teman saya cowok ini, duduknya sebelah sama si dia yang banyak bicara. Jadi, telinga dia sudah kebal akan bicara dia yang sangat banyak ini, hihi.

  • Kendala Saat Bekerja

Kehidupan
Gambar diambil saat mesin rewel

Mesin benner juga sudah saya nyalakan. Biasanya, jam sembilan atau jam 10 sudah ada cetakan benner yang mau diproses.

Selalu saja mesin ini rewel, entah itu tintanya tidak keluar, dari heat yang jalannya tidak lancar, dari bahan yang kurang cukup untuk menyetak dan lainnya.

“Ini gimana? Selalu gini mesinnya”, tanya saya kepada teman saya yang cowok.

“Minta ganti mesin ini, hihi”, jawab dia kepada saya dengan candanya yang khas.

Wkwk, memang waktunya ganti mesin ini”, jawab saya.

Sudah beberapa hari mesinnya seperti ini. Tidak ada tindakan dari bos saya dan terpaksa kita harus nyetak bennenya di luar.

Berbohong kepada customer, untuk bisa memaksimalkan hasil bennernya bisa jadi hari ini. Diam-diam kita pergi sebentar untuk mengambil benner yang sudah jadi.

“Mas, benner saya sudah selesai?”, tanya customer kepada kita.

“Oh, maaf pak, nanti jam tiga ya, diusahakan selesai”, jawab dia yang banyak bicara.

Ada juga yang baru datang, terus minta desain dan jadi bennernya nanti sore. Seringkali saya temui customer seperti ini.

“Mas, bikin benner, nanti sore jadi?”, pesan customer kepada saya.

“Sudah ada desainnya pak?”, jawab saya kepada dia.

“Belum mas, sekalian didesain disini mas”.

“Hadeh, orang ini ya. Belum ada desain tapi minta jadi nanti bennernya”, batin saya dengan mengelus dada.

Keluh kesah selalu saya rasakan hampir setiap hari, ditambah lagi dengan mesin benner yang belum sembuh-sembuh. Sudah plus-plus memikirkan itu semua, huh.

  • Penghibur Datang

Kehidupan
Keseruan saat makan-makan

Jam istirahat telah tiba, saya masih menghadap komputer dengan pekerjaan saya yang belum selesai.

Sedangkan teman saya yang cowok waktunya istirahat, karna jam istirahat kita  harus bergantian. Kalo jam istirahat kita dijadikan satu, nanti tidak ada yang jagain tokonya.

Jam 12, sebenarnya sudah ada shift dua yang bekerja di tempat saya. Tapi yang shift dua ini, selalu datangnya telat. Entah jam setengah satu, bahkan hampir jam satu baru dia datang.

Dia kalo datang, biasanya membawa makanan. Makanan yang dibuat ibunya, dia bawa ke tempat kerja. Biasanya yang dibawa itu, lebihan dari orang pesan ke ibunya.

Assalamu’alaikum, nih saya bawakan camilan”, kata dia yang baru saja datang.

Wa’alaikumussalam, enak nih buat janggal perut, hehe”, jawab saya sambil senyum-senyum.

Dia bisa menghilangkan setres yang ada dalam otak kita, selama pagi tadi disusahkan dengan mesin benner yang belum juga sembuh-sembuh.

Dia juga sudah terbiasa dengan mesin yang rewel, heatnya jalan tidak lancar, tinta tidak keluar dan sebagainya. Karna dia sudah lama bekerja di tempat ini, jadi tidak heran kalo mesinnya seperti ini.

Bersama anak PSG, dia bekerja pada shift dua. Dan pulangnya jam setengah sembilan. Tapi kalo hari sabtu pulangnya jam delapan, jadi ada bonus setengah jam untuk melanjutkan malam mingguannya, hihi.

Alhamdulillah Pulang

Kehidupan
Gambar diambil setelah lailatus sholawat

Sore telah tiba, waktunya saya pulang kerja. Jam empat saya pulang kerja, tapi biasanya saya tidak langsung pulang. Mampir sebentar di warung kopi, untuk menghilangkan penat yang ada di otak.

Sampai maghrib saya baru pulang, kadang saya juga izin ke ibu untuk tidak langsung pulang. Tapi saat saya sudah di rumah, ibu sudah pergi ke masjid.

Setelah saya di rumah, saya biasanya nunggu isya’ dulu. Dilanjut nanti, kalo sudah sholat isya’ keluar rumah. Entah itu ke basecamp untuk kumpul bareng sama teman sholawat, atau pergi ke warung kopi lagi.

Izin ke orang rumah kalo ibu belum pulang dari masjid. Pergi ke basecamp, entah itu nanti sholawatan disana, bercanda sama teman-teman dan lainnya.

Kadang juga saya mengajar sholawat di tetangga desa, mengasihkan ilmu sholawat saya kepada anak-anak kecil yang sedang masa pembelajaran.

Lailatus sholawat juga, yang dilakukan setiap satu bulan sekali. Sering kalo ibu mencarinya, baru datang sudah pergi lagi saya ini.

Bahkan, selesai lailatus sholawat itu sampai jam 12, bisa juga lebih karna banyaknya peserta.

Jadi tidak heran, kalo basecamp menjadi rumah kedua saya. Rumah juga sekaligus kumpulnya teman-teman kalo latihan sholawat.

Kadang kalo saya pulang dari basecamp, di tanya ibu “tadi malam tidur mana, kok tidak pamitan?”.

“Dari basecamp bu, tidur disana”, jawab saya.

Setelah percakapan itu, saya langsung mengantar beliau kerja lagi. Hampir setiap hari kehidupan saya seperti itu.

Tidak terasa cerita ini sudah kembali ke atas lagi. Mungkin kalian juga merasakan hal sama dengan saya atau ada cerita lain. Bisa komen-komen dibawah.

Mungkin hanya itu, cerita yang bisa saya bagikan. Semoga bermanfaat.

Salam berbagi untuk saling melengkapi.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *